Jakarta, Munculnya pemikiran di Indonesia yang menentang Hamas di Palestina turut membuat gaduh di publik.
Salah satunya seperti yang terjadi di Bitung, beberapa waktu lalu.
Pemikiran yang kontra terhadap Gerakan Hamas ialah menuding kelompok ini sebagai teroris, sehingga aksi bela Palestina di Indonesia seakan dicap sebagai dukungan terhadap gerakan teroris.
Salah seorang yang menentang gerakan Hamas di Palestina adalah Abdulhakim Idris, penggagas gerakan Center For Uyghur Studies (CUS), dalam beberapa artikelnya, Abdulhakim memojokan Hamas.
Rekam jejaknya sebagai Pembela umat muslim Uyghur seakan luntur dengan gagasannya yang mediskreditkan Hamas. Gagasan itu amat sensitif ditengah masyarakat yang mendukung kemerdekaan Palestina.
Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jakarta Raya, Siswanto Rusdi menilai pemikiran Abdulhakim itu tidak semestinya digaungkan ditengah Gelora umat muslim Indonesia mendukung Palestina.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies Memang Beda
|
“Jadi kurang tepat lah, apa yang disampaikan oleh Pak Abdulhakim ini sangat sensitif di Indonesia, jadi sebaiknya hal-hal seperti ini diredam dulu untuk menghindari gejolak di masyarakat kita, ” kata Siswanto di Jakarta, Senin, (4/12/2023).
Menurut Siswanto, sepak terjang CUS berbasis di Amerika Serikat, diduga didukung oleh Negeri Paman Sam dalam arah politiknya, yang berpihak kepada Israel.
Baca juga:
100 Anak Muda Bawa Ide
|
“Umat Islam di Indonesia dihimbau jangan sampai terpancing oleh agitasi CUS. Tokoh-tokoh Islam yang saat ini sudah menjalin komunikasi dengan Abdulhakim Idris perlu mawas diri agar tidak terjebak dalam permainan mereka, ” imbuh Siswanto.
Siswanto Rusdi yang juga Direktur Eksekutif National Maritime Institute (Namarin) mengimbau kepada pemerintah untuk proaktif mengawasi gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh Abdulhakim Idris guna menjaga stabilitas politik dan keamanan.
“Ke depan, pemerintah Indonesia diharapkan dapat mencekal masuknya Abdulhakim Idris ke Indonesia, ” pungkasnya. (AA)